Sabtu, 05 Maret 2011

BAB II

SARANA DAN PRASARANA JARINGAN IRIGASI

2.1 Sungai Sebagai Sumber Air Baku

Sungai adalah palung alam yang terbentuk akibat pertemuan dua kaki bukit atau gunung, berfungsi sebagai tempat berkumpulnya air hujan yang turun dari langit sebagai rahmat Allah swt, bagi makhluknya dibumi ini, yang air tersebut dengan gaya gravitasi berotasi menuju ke laut kembali ke tempat asalnya.

Ketersediaan jumlah air yang mengalir pada sebuah sungai, tergantung pada luas daerah tangkapan hujannya. Semakin luas, semakin besar ukuran sungainya.

Sejak peradaban manusia diketahui, sejak itu pula mausia telah memanfaatkan sungai sebagai sumber air bagi kehidupannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sebagai air untuk melakukan kegiatan bercocok tanam dan perikanan darat.

Disamping sungai dijadikan sebagai memenuhi kebutuhan manusia, sungai juga mempunyai fungsi yang lebih luas keberadaannya merupakan salah satu unsur yang turut menjaga kelestarian alam atau ekologi.

2.2 Bendung Irigasi

Pada umumnya bendung baik untuk keperluan irigasi atau air minum, dibangun melintang di atas sebuah sungai. Tujuan dari bendungan ini adalah untuk menaikkan muka air sampai agar mudah disadap untuk keperluan irigasi dan yang lain.

Bila ditinjau dari cara kerjanya, bendung terdiri dari dua type, yaitu :

2.2.1 Bendung Tetap

Pada type ini keadaan muka air di bagian hulu bendung tidak kontrol baik keadaan musim banjir atau tidak.

2.2.2 Bendung Gerak

Pada type ini keadaan muka air di bagian hulu bendung kontrol, yaitu dengan membuka dan menutup pintu yang dibangun bersamaan dengan membangun bendungan.

2.3 Pintu Pengambilan

Pintu pengambilan adalah pintu tempat masuknya air untuk dialirkan kesaluran primer.

2.4 Kantor Lumpur

Bangunan pada saluran irigasi yang letaknya di bawah intek langsung berfungsi sebagai tempat mengendap lumpur yang terkandung dalam aliran air, kantong ini dilengkapi dengan pintu/saluran pengontrol.

2.5 Saluran Primer/Induk

Saluran primer yaitu saluran yang membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.

2.6 Saluran Sekunder

Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.

2.7 Saluran Tersier

Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terkahir.

2.8 Bangunan Bagi

Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini masingmasing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan.

Bangunan bagi pada saluran saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaitu :

Ø Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan tinggi pelayanan yang direncanakan

Ø Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur.

Ø Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir.

2.9 Bangunan Sadap

Bangunan sadap adalah bangunan air yang berfungsi mengalirkan air dari saluran primer atau skunder ke saluran tersier penerima.

2.10 Bangunan Bagi Sadap

Bangunan bagi sadap adalah bangunan bagi yang mempunyai pintu sadap ke petak tersier.

2.11 Bangunan Ukur

Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan pangatur.

2.12 Petak Tersier

Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan perneliharaan di petak tersier menjadi tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemeintah. Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas lainnya. Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara lain jumlah petani, topografi dan jenis tanaman. Apabila kondisi topografi memungkinkan, petak tersier sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi empat. Hal ini akan memudahkan dalam pengaturan tata letak dan perabagian air yang efisien. Petak tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau saluran primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier yang terletak tidak secara langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi utama, karena akan memerlukan saluran muka tersier yang mebatasi petak-petak tersier lainnya.

Tabel 1. Kriteria Umum untuk Pengembangan Petak Tersier

Ukuran Petak Tersier

50-100 Ha

Ukuran Petak Kuarter

8-15 Ha

Panjang saluran Tersier

< 1500 M

Panjang Saluran Kuarter

< 500 M

Jarak antara saluran Kuartel dengan Pembuang

< 300 M

2.13 Pintu Tersier

Perencanaan boks bagi harus memenuhi persyaratan berikut guna membatasi pembagian air di petak tersier :

Ø Pemberian air terus menerus

Ø Pemberian air secara rotasi

Ø Debit moduler

Ø Fleksibilitas

Untuk pembagian air secara terum menerus, pembagian air yang proporsional dapat dicapai dengan cara membuat bukaan proporsional lebih lebar dengan luas daerah yang akan diberi air oleh saluran bagian hilir. Tinggi ambang harus sama untuk semua bukaan dalam boks. Untuk pemberian air secara rotasi, boks diberi pintu yang dapat menutup seluruh atau sebagian bukaan secara bergantian

2.14 Gorong-gorong

Gorong-gorong berupa saluran tertutup, dengan peralihan pada bagian masuk dan keluar. Gorong-gorong akan sebanyak mungkin mengikuti kemiringan saluran

Gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka selama bangunan tidak tenggelam atau jika air di hulu tinggi dan gorong-gorong panjang. Kehilangan tinggi energi total untuk gorong-horong tenggelam adalah jumlah kehilangan pada bagian masuk, kehilangan akibat gesekan di tambah lagi kehilangan pada tikungan gorong-gorong, kalau ada (lihat KP-4 Perencanaan Bangunan).

Karena umumnya dimensi saluran petak di tersier sangat kecil, maka di anjurkan untuk merencanakan bangunan-bangunan yang sederhana saja, dengan kehilangan tinggi energi kecil serta permukaan air bebas.

Gorong-gorong tersebut mempunyai dinding vertical dari pasangan dan di puncak dinding terdapat pelat kecil dari beton. Lebar minimum antar dinding harus diambil 0,40 m. Tinggi dasarnya sama dengan tinggi dasar potongan saluran hulu. Jika perlu gorong-gorong bisa digabung dengan bangunan terjun yang terletak di sisi hilir.

Pemakaian gorong-gorong pipa di dalam petak tersier membutuhkan kecermatan, karena akan memerlukan tanah penutup sekurang-kurangnya 1,5 kali diameter pipa guna menghindari kerusakan pipa, padahal diameter pipa harus paling tidak 0,40 m agar tidak tersumbat oleh benda-benda yang hanyut seperti rerumputan, kayu dan sebagainya.

Persyaratan ini membutuhkan pondasi yang dalam untuk gorong-gorong dan umumnya juga tinggi dasar bangunan yang lebih rendah daripada tinggi dasar potongan saluran. Karena pondasinya yang dalam, gorong-gorong berfungsi sebagi beton.

Jika dipakai gorong-gorong pipa hal-hal berikut harus mendapat perhatian khusus.

- Sambungan,

- Tulangan,

- Penutup Tanah.

2.15 Bangunan Terjun

Bangunan terjun dipakai di tempat-tempat dimana kemiringan medan lebih besar daripada kemiringan saluran dan diperlukan penurunan muka air. Andaikan suatu potongan saluran dengan panjang L dan kemiringan I serta muka air hulu yang diiginkan Hhulu dan muka air hilir Hhilir maka jumlah kehilangan tinggi energi disebuah atau beberapa bangunan terjun adalah:

Z = Hhulu Hhilir I x L

Jumlah bangunan terjun bergantung pada biaya pelaksanaan. Bila jumlah bangunan terjun sedikit, maka diperlukan kehilangan tinggi energi yang

besar per bangunan, kecepatan aliran tinggi dalam olak, membengkaknya biaya pelaksanaan untuk kolam-kolam tersebut dan juga pekerjaan tanah biaya akan bertambah. Meskipun demikian, jumlah bangunan terjun tidak boleh terlalu banyak karna kehilangan tinggi energi per bangunan akan terlalu kecil guna membentuk loncatan air.

Perencanaan bangunan terjun harus sederhana, tapi bangunan harus kuat. Tipe biaya yang dipakai di saluran tersier adalah bangunan terjun tegak. Bangunan ini dipakai untuk terjun kecil (Z < I cm) dan debit kecil (lihat Garnbar 23). Perencanaan tersebut didasarkan pada rumus Etcherverry yang menghasilkan panjang kolam olak (L) sebagai fungsi tinggi terjun dan fungsi kedalaman kritis (Gambar 24).

L = C1 √z.hc + 0,25

Dimana: C1 = 2,5 = 1,1 hc√z + 0,7 (hc√z)3

hc =(q2/ g)1 3

Dimana :

L = panjang kolam olak hilir, m

hc = kedalaman kritis, m

Q = debit rencana, m3/dt

B = lebar bukaan = 0,8 x lebar dasar saluran, m

Z = tinggi terjunan, m

q = debit per satuan lebar, m3/dt.rn

b1 = lebar dasar saluran, m

Tipe bangunan ini hanya digunakan untuk z/hc > 1

Gambar 23. Bangunan Terjun

Tinggi ambang ujung (a) sebaiknya 0,5 hc. Perlu tidaknya lantai depan (arpon) bergantung pada kondisi tanah dan kecepatan datang (awal). Panjang minimum sebaiknya diambil 3 kali tinggi terjun, dengan batas minimum.

2.16 Talang

Talang atau flum adalah penampang saluran buatan di mana air mengalir dengan permukaan bebas, yang dibuat melintas cekungan, saluran sungai, jalan atau sepanjang lereng bukit. Bangunan ini dapat didukung dengan pilar atau konstruksi lain. Talang atau flum dari baja dan beton dipakai untuk membawa debit kecil.

Untuk saluran-saluran yang lebih besar dipakai talang beton atau baja. Talang-talang itu dilengkapi dengan peralihan masuk dan keluar. Mungkin diperlukan lindungan terhadap gerusan pada jarak-jarak dekat di hilir bangunan. Hal ini bergantung pada kecepatan dan sifat-sifat tanah.

Tergantung kehilangan tinggi energi tersedia serta biaya pelaksanaan, potongan talang direncana dengan luas yang sama dengan luas potongan saluran, hanya dimensinya dibuat sekecil mungkin. Kadang-kadang pada talang direncana bangunan pelimpah kecil guna mengatur muka air dan debit di hilir talang. Bangunan itu dapat dibuat dari beton atau pipa baja.

2.17 Siphon

Siphon dipakai untuk mengalirkan air lewat bawah jalan, melalui sungai atau saluran pembuang yang dalam. Aliran dalam siphon mengikuti prinsip aliran dalam saluran tertutup. Antara saluran dan siphon pada pemasukan dan pengeluaran diperlukan Yang cocok. Kehilangan tinggi energi pada siphon meliputi kehilangan akibat gesekan, dan kehilangan pada tikungan serta kehilangan air pada peralihan masuk dan keluar. Agar siphon dapat berfungsi dengan baik, bangunan ini tidak boleh dimasuki udara. Mulut siphon sebaiknya di bawah permukaan air hulu.

Kedalaman air di atas siphon(air perapat) dari permukaan air bergantung kepada kemiringan dan ukuran siphon. Siphon dapat dibuat dari baja atau beton bertulang. Perencanaan hidrolis dan bangunan siphon dijelaskan pada Buku KP-04 Bangunan.

Siphon harus dipakai hanya untuk membawa aliran saluran yang memotong jalan atau saluran pembuang di mana tidak bisa dipakai gorong-gorong, jembatan atau talang. Pada siphon, kecepatan harus dibuat setinggi-tingginya sesuai dengan kehilangan tinggi energi maksimum yang diizinkan. Hal ini tidak akan memungkinkan terjadinya pengendapan Lumpur. Siphon sangat membutuhkan fasilitas pemeliharaan yang memadai dan hal-hal berikut harus di perhatikan :

a. Sedimen dan batu-batu yag terangkut harus dihentikan sebelum masuk dan menyumbat siphon. Ini dilakukan dengan membuat kantong yang dikosongkan/ dibersihkan secara berkala.

b. Menyediakan prasarana pemeliharaan hingga bagian terbawah pipa pun dapat dicapai, seperti cerobong (shaft.).

Penggunaan siphon di petak tersier tidak menguntungkan karena biaya pelaksanaan dan pemeliharaan yang tinggi serta besarnya kehilangan tinggi energi yang diperlukan, jadi seharusnya dihindari. Penyesuaian layout dan perencanaan saluran (misalnya, pemecahan petak tersier) harus dijajaki lebih dulu.

1 komentar:

  1. Blackjack 21 | Casinos & Slot Machine Games | Mapyro
    The best blackjack 21 서귀포 출장안마 casino 동해 출장마사지 games available in PA. 이천 출장마사지 Get your game score, 포항 출장마사지 tips, tricks, and win real 충청남도 출장샵 money!

    BalasHapus